Sabtu, 30 Agustus 2014

Gawea geguritan nyandra

Panyandra

  • Panyandra ( Janturan )

            Panyandra utawi atur ingkang biasanipun dipun aturaken dening para pranatacara kangge nggambaraken utawi ngaturi kaweruhan kahanan lan swasana tartamtu dhateng para ingkang samya hamidangetaken utawi para pamiyarsa, dipun aturaken kanthi gamlang lan saget dipun tampi kanthi pengangen lan saget mangertosi kawontenan sak estunipun, lan dipun aturaken kanthi,  cetho, aris, terwaca, gamblang, lan ngangge kasusastraan ingkang sak sae-saenipun, bahasa ingkang alus lan biasanipun ginambaraken kanthi rinumpaka ingkang trep kaliyan swasana ingkang dipun aturaken.
       Kangge pamilihing basa ingkang trep kangge ngaturaken panyandra, punika kedah mengertosi babakan kasusastraan jawi ingkang sakjatosipun, ampun ngantos ginambaraken kanthi rerumpaka ingkang kirang pas, punapa malih ngantos slewah kaliyan kahanan sak estunipun, ugi dhumateng ingkang ngaturaken panyandra piyambak, kedahipun mangertosi artos tujuan lan artinipun kanthi saestu sahingga saget nerapaken kanthi sae babakan rinumpaka dhateng kahanan ingkang dipun aturaken.
        Panyandra adalah kata-kata indah yang di ucapkan oleh panatacara, sebagai ungkapan gambaran terhadap suasana yang sedang di ceritakan / di hadapi, untuk disampaikan kepada semua orang yang mendengarkan / para penonton / tamu yang hadir, biasanya digunakan untuk menggambarkan keindahan tempat, kecantikan, ketampanan, dan keindahan keadaan, gambaran itu di sampaikan melalui ucapan kata-kata yang tersusun indah dengan menggunakan kesusastraan jawa yang tinggi, pengibaratan yang pas, dan memberikan perumpamaan kepada sesuatu yang aslinya lebih indah dari yang sedang terjadi, kesemuanya itu dimaksudkan agar keadaan yang sedang diceritakan bisa sesuai dan digambarkan sama dengan keadaan keindahan yang sebenarnya,
               Karena bahasa panyandra kebanyakan menggunakan bahasa krama jawa yang tinggi dan kesusastraan yang tinggi pula, maka diharapkan untuk para pantacara yang memberikan panyandra ini harus benar-benar mengerti tentang bahasa jawa krama yang bagus, mengerti arti kata-kata yang ucapkan, dan bisa memberikan gambaran dan perumpamaan yang sesuai dengan keadaan, sehingga tidak terjadi kerancuan apalagi sampai ada penggambaran atau pengibaratan yang tidak pas apalagi sampai tidak cocok sama sekali,
             Di dalam Upacara pengantin jawa Panyadra ini berperan penting, karena hidup dan matinya suatu upacara pengantin adat jawa sangat tergantung dari pada kecakapan panatacara mengolah kata selama prosesi upacara berlangsung, karena dalam upacara pegantin adat jawa, semua upacara yang dilangsungkan hanya merupkan simbol-simbol gerakan tanpa kata, dan semuanya itu perlu penerjemahan yang biasanya terdapat dalam kata panyandra yang diucapkan oleh sang pembawa acara upacara adat / panatacara.
           Dalam pengolahan bahasa / bahasa yang digunakan, panatacara bisa menggunakan bahasa yang dikuasai ( selain bahasa jawa krama inggil ), karena kebanyakan pada zaman sekarang, kedua mempelai ada juga yang sudah lain suku dan adatnya, akan tetapi tetap salah satunya orang jawa, dan ingin menggunakan adat jawa dalam prosesi upacara pernikahanya, dengan demikiaan, panatacara bisa menyesuaikan bahasa panyandra, karena dikhawatirkan bila menggunakan bahasa jawa dengan kesusastraan yang tinggi, malah membikin keluarga besan yang dari lain suku tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksudkan,dalam hal ini ada dua pilihan yang bisa digunakan :
  • Selama proses upacara adat tetap menggunakan bahasa jawa dengan kesusastraan yang tinggi ( Krama inggil ) dan setelah prosesi selesai diberikan wacana tambahan tentang arti dari pada prosesi yang tadi berlangsung dengan menggunakan bahasa Nasional ( Bahasa Indonesia ).
  • Menggunakan Bahasa Nasional dalam menghaturkan panyandra upacara adat, karena apapun sukunya pasti mengerti akan bahasa Indonesia tersebut., yaitu dengan menterjemahkan bahasa panyandra yang sudah tersusun dalam bahasa jawa kedalam bahasa indonesia yang baik dan benar.
Untuk penggunaan salah satu dari dua cara tersebut panatacara hendaknya koordinasi terlebih dahulu kepada keluarga kedua mempelai, agar tidak terjadi kekeliruan kehendak tuan rumah /  pamengku hajat denga keluarga besan.
        Untuk Ilustrasi gendhing, apapun bahasanya, jika menggunakan upacara adat jawa sebaiknya tetap menggunakan gendhing yang sudah ada dalam pilihan gendhing untuk mengiringi upacara adat,
Berikut ini adalah Contoh Panyandra dari beberapa prosesi Upacara adat jawa yang penulis dapatkan dari beberapa buku kepustakaan yang penulis miliki :
Menika Tuladha panyandra Kangge hanyarengi upacara pengantin adat jawi, ingkang kulo pendet saking buku kepustakaan ingkang minangka bahan seserepan kula pribadi :
http://kidemangsodron78.wordpress.com/panyandra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Pedalangan

0 komentar:

Posting Komentar